Pages

Kamis, 30 Juni 2016

Manusia dan Harapan

A.   PENGERTIAN HARAPAN
Harapan berasal dari kata harap yang berarti keinginan supaya sesuatu terjadi ; sehingga harapan berarti sesuatu yang diinginkan dapat terjadi. Dengan demikian harapan menyangkut masa depan.
Antara harapan dan cita cita terdapat persamaan yaitu :
-       Keduanya menyangkut masa depan karena belum terwujud
-       Pada umumnya dengan cita cita maupun harapan orang menginginkan hal yang lebih baik atau meningkat.
B.   APA SEBAB MANUSIA MEMPUNYAI HARAPAN ?
Menurut kodratnya manusia itu adalah makhluk sosial. Ada dua hal yang mendorong orang hidup bergaul dengan manusia lain yakni dorongan kodrat dan dorongan kebutuhan hidup.
Dorongan kodrat
Kodrat ialah sifat, keadaan atau pembawaan alamiah yang sudah terjelma dalam diri manusia sejak manusia itu diciptakan oleh Tuhan. Dorongan kodrat menyebabkan manusia mempunyai keinginan atau harapan.
Dorongan kebutuhan hidup
Sudah kodrat pula bahwa manusia mempunyai bermacam-macam kebutuhan hidup. Kebutuhan hidup itu pada garis besarmya dapat dibedakan atas : kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani.
Dengan adanya dorongan kodrat dan dorongan kebutuhan hidup itu maka manusia mempunyai harapan. Pada hakekatnya harapan itu adalah keinginan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut Abraham Maslow sesuai dengan kodratnya harapan manusia atau kebutuhan manusia itu ialah :
a.    Kelangsungan hidup (survival)
b.    Keamanan (safety)
c.    Hak dan kewajiban mencintai dan dicintai (be loving and love)
d.    Diakui lingkungan (status)
e.    Perwujudan cita-cita (self actualization)
Kelangsungan hidup (survival)
Untuk melangsungkan hidupnya manusia membutuhkan sandang,pangan dan papan(tempat tinggal). Kebutuhan kelangsungan hidup ini terlihat sejak bayi lahir.
Keamanan
Rasa aman tidak harus diwujudkan dengan perlindungan yang Nampak , secara moral pun orang lain dapat memberi rasa aman. Dalam hal ini agama sering merupakan cara memperoleh keamanan moril bagi pemiliknya.
Hak dan kewajiban mencintai dan dicintai
Tiap orang mempunyai hak dan kewajiban. Dengan pertumbuhan manusia maka tumbuh pula kesadaran akan hak dan kewajiban. Bila seorang telah menginjak dewasa maka ia merasa sudah dewasa , sehingga sudah saatnya mempunyai harapan untuk dicintai dan mencintai.
Status
Setiap manusia membutuhkan status , siapa , untuk apa , mengapa manusia hidup. 
Perwujudan cita-cita
            Selanjutnya manusia berharap diakui keberadaannya sesuai dengan keahliannya atau kepangkatan nya atau profesinya. Pada saat itu manusia mengembangkan bakat atau kepandaian nya agar ia diterima atau diakui kehebatan nya.
C.   KEPERCAYAAN
Kepercayaan berasal dari kata percaya , artinya mengakui atau meyakini akan kebenaran. Kepercayaan adalah hal-hal yang berhubungan dengan pengakuan atau keyakinan akan kebenaran.
Kebenaran
Kebenaran atau benar amat penting bagi manusia. Setiap orang mendambakan nya  karena ia mempunyai arti khusus bagi hidupny. Ia merupakan focus dari segala pikiran , sikap dan perasaan.
Dr. Yuyun Suriasumantri dalam bukunya “filsafat Ilmu , sebuah pengantar popular ada tiga kategori kebenaran sebagai berikut :
1.    Teori koherensi atau konsistensi
Yaitu suatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan itu bersifat koherensi atau konsisten dengan pernyataan-pernyataan sebelum nya yang dianggap benar.
2.    Teori korespondensi
Suatu teori yang menjalankan bahwa suatu pernyataan benar bila materi pengetahuan yang dikandung pernyataan itu berkorenponden (berhubungan) dengan obyek yang dituju oleh pernyataan tersebut.
3.    Teori pragmatis
Kebenaran suatu pernyataan diukur dengan kriteria apakah pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam kehidupan praktis.
Dalam berbagai jenis kebenaran tersebut yang selalu diusahakan dan dijaga ialah kebenaran dalam bertindak , berbuat , berucap , berupaya dan berpendapat.
D.   BERBAGAI KEPERCAYAAN DAN USAHA MENINGKATKANNYA
Dasar kepercayaan adalah kebenaran. Sumber kebenaran adalah manusia. Kepercayaan itu dapat dibedakan atas :
1.    Kepercayaan kepada diri sendiri
Kepercayaan kepada diri sendiri itu ditanamkan setiap pribadi manusia. Percaya pada diri sendiri pada hakekatnya percaya pada Tuhan Yang Maha Esa. Percaya pada diri sendiri , menganggap dirinya tidak salah , dirinya menang, dirinya mampu mengerjakan yang diserahkan atau dipercayakan kepadanya.
2.    Kepercayaan kepada orang lain
Percaya kepada orang lain itu dapat berupa percaya kepada saudara, orang tua, guru atau siapa saja. Kepercayaan kepada orang lain itu sudah tentu percaya terhadap kata hatinya , perbuatan yang sesuai dengan kata hati, atau terhadap kebenarannya.
3.    Kepercayaan kepada pemerintah
Jelaslah bagi kita , baik teori atau pandangan teokratis ataupun demokratis Negara atau pemerintah itu benar, karena Tuhan adalah sumber kebenaran. Karena itu wajarlah kalau manusia sebagai warga Negara percaya kepada Negara/pemerintah.
4.    Kepercayaan kepada Tuhan
Kepercayaan kepada Tuhan yang maha kuasa itu amat penting, karena keberadaan manusia itu bukan dengan sendirinya tetapi diciptakan oleh Tuhan. Kepercayaan berarti keyakinan dan pengakuan akan kebenaran. Kepercayaan itu amat penting , karena merupakan tali kuat yang dapat menghubungka rasa manusia dengan Tuhan nya.
Berbagai usaha dilakukan manusia untuk meningkatkan rasa percaya kepada Tuhan nya. Usaha itu bergantung kepada pribadi kondisi,situasi dan lingkungan. Usaha itu antara lain :
a.    Meningkatkan ketaqwaan kita dengan jalan meningkatkan ibadah
b.    Meningkatkan pengabdian kita kepada masyarakat
c.    Meningkatkan kecintaan kita kepada sesame manusia dengan jalan suka menolong , dermawan dan sebagainya.
d.    Mengurangi nafsu mengumpulkan harta yang berlebihan
e.    Menekan perasaan negatif seperti iri , dengki , fitnah dan sebagainya.
 
 

Manusia dan Kegelisahan

A.   PENGERTIAN KEGELISAHAN
Kegelisahan berasal dari kata gelisah yang berarti tidak tentram hatinya , selalu merasa khawatir , tidak tenang , tidak sabar , cemas. Sehingga kegelisahan merupakan hal yang menggambarkan seseorang tidak tentram hati maupun perbuatan nya , merasa khawatir tidak tenang dalam tingkah lakunya , tidak sabar ataupun dalam kecemasan.
Sigmun Freud ahli psikoanalisa berpendapat , bahwa ada tiga macam kecemasan yang menimpa manusia yaitu kecemasan kenyataan (obyektif) , kecemasan neorotik dan kecemasan moril.
a.    Kecemasan obyektif
Kecemasan tentang kenyataan adalah suatu pengalaman perasaan sebagai akibat pengamatan atau suatu bahaya dalam dunia luar. Bahaya adalah sikap keadaan dalam lingkungan seseorang yang mengancam untuk mencelakakan nya. Pengalaman bahaya dan timbulnya kecemasan mungkin dari sifat pembawaan dalam arti kata , bahwa seseorang mewarisi kecendrungan untuk menjadi takut kalau berada dekat dengan benda-benda tertentu atau keadaan tertentu dari lingkungan nya.
b.    Kecemasan neorotis (syaraf)
Kecemasan ini timbul karena pengamatan tentang bahaya dari naluriah. Menurut sigmun freud kecemasan ini dibagi tiga macam , yakni :
1.    Kecemasan yang timbul karena penyesuaian diri dengan lingkungan.
2.    Bentuk ketakutan yang tegang dan irrasional (phobia).
3.    Rasa takut lain ialah rasa gugup gagap dan sebagainya.
c.    Kecemasan moril
Kecemasan moril disebabkan karena pribadi seseorang. Tiap pribadi memiliki bermacam-macam emosi antara lain : iri,benci,dendam,dengki, marah ,gelisah,cinta, rasa kurang.
B.   SEBAB-SEBAB ORANG GELISAH
Apabila kita kaji , sebab-sebab orang gelisah adalah karena pada hakekatnya orang takut kehilangan hak-haknya. Hal itu adalah akibat dari suatu ancaman , baik ancaman dari luar maupun dari dalam.
C.   USAHA-USAHA MENGATASI KEGELISAHAN
Mengatasi kegelisahan ini pertama harus dari diri sendiri , yaitu harus bersikap tenang. Dengan sikap tenang dapat berpikir tenang , sehingga segala kesuliatan dapat diatasi.
Cara lain yang mungkin juga baik untuk digunakan dalam mengatsai kegelisahan atau kecemasan yaitu dengan memerlukan sedikit pemikiran. Untuk mengatasi kegelisahan paling ampuh memasrahkan diri kepada Tuhan.
D.   KETERASINGAN
Keterasingan berasal dari kata terasing dan kata itu adalah dari kata dasar asing. Kata asing berarti sendiri tidak dikenal orang , sehingga kata terasing berarti tersisihkan dari pergaulan , terpisahkan dari yang lain atau terpencil.
Yang menyebabkan orang berada dalam keterasingan itu ialha perilakunya yang tidak dapat diterima atau tidak dapat dibenarkan oleh masyarakat atau kekurangan yang ada pada diri seorang sehingga ia tidak dapat atau sulit menyesuaikan diri dalam masyarakat.
E.   KESEPIAN
Kesepian berasal dari kata sepi yang berarti sunyi atau lengang , sehingga kata kesepian berarti merasa sunyi atau lengang , tidak berteman.
Sebab – sebab terjadinya kesepian
            Bermacam-macam penyebab terjadinya kesepian. Frustasi dapat mengakibatkan kesepian. 
F.    KETIDAKPASTIAN
Ketidakpastian berasal dari kata tidak pasti artinya tidak menentu , tidak dapat ditentukan , tidak tahu , tanpa arah yang jelas tanpa asal-usul yang jelas. Semua itu adalah akibat pikiran nya tidak dapat konsentrasi. Ketidak konsentrasian disebabkan oleh berbagai sebab , yang jelas pikiran nya kacau.
G.   SEBAB-SEBAB TERJADI KETIDAKPASTIAN
Beberapa sebab orang tak dapat berpikir dengan pasti ialah :
1.    Obsesi
Obsesi merupakan gejala neurosa jiwa , yaitu adanya pikiran atau perasaan tertentu yang terus menerus , biasanya tentang hal-hal yang tak menyenangkan tau sebab-sebabnya tak diketahui oleh penderita.
2.    Phobia
Ialah rasa ketakutan yang tak terkendali , tidak normal , kepada sesuatu hal atau kejadian tanpa diketahui sebab-sebabnya.
3.    Kompulasi
Ialah adanya keragu-raguan tentang apa yang telah dikerjakan , sehingga ada dorongan yang tak disadari melakukan perbuatan yang serupa berkali-kali.
4.    Histeria
Ialah neurosa jiwa yang disebabkan oleh tekanan mental , kekecewaan , pengalaman pahit yang menekan , kelemahan syaraf , tidak mampu menguasai diri , sugesti dari sikap orang lain
5.    Delusi
Menunjukkan pikiran yang tidak beres , karena berdasarkan suatu keyakinan palsu. Tidak dapat memakai akal sehat , tidak ada dasar kenyataan dan tidak sesuai dengan pengalaman. Delusi ini ada tiga macam yaitu :
a.    Delusi persekusi : menganggap keadaan sekitarnya jelek.
b.    Delusi keagungan : menganggap dirinya orang penting dan besar
c.    Delusi melancholis : merasa dirinya bersalah , hina dan berdosa.
6.    Halusinasi
Khayalan yang terjadi tanpa rangsangan pancaindera. Dengan sugesti diri orang dapat juga berhalusinasi. Halusinasi buatan , misalnya dapat dialami oleh orang mabuk atau pemakai obat bius.
7.    Keadaan emosi
Dalam keadaan tertentu seseorang sangat berpengaruh oleh emosinya. Ini Nampak pada keseluruhan pribadinya.
H.   USAHA-USAHA PENYEMBUHAN KETIDAKPASTIAN
Orang yang tidak dapat berpikir dengan baik atau kacau pikiran nya ada bermacam-macam penyebabnya. Untuk dapat menyembuhkan keadaan itu bergantung pada mental si penderita.
 
 

Rabu, 29 Juni 2016

Manusia dan Tanggung Jawab

A. Pengertian Tanggung Jawab

Tanggung jawab menurut kamus umum bahasa Indonesia adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatunya. Sehingga bertanggung jawab menurut kamus umum bahasa Indonesia adalah berkewajiban menanggung , memikul jawab, menanggung segalanya sesuatunya , atau memberikan jawab dan menanggung akibatnya.
Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatan nya yang disengaj maupun yang tidak disengaja. Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajiban nya.

B. Macam-Macam Tanggung Jawab

Manusia itu berjuang memenuhi keperluan nya sendiri atau untuk keperluan pihak lain. Dengan demikian tanggung jawab itu dapat dibedakan menurut keadaan manusia atau hubungan yang dibuatnya. Atas dasar ini , lalu dikenal beberapa jenis tanggung jawab , yaitu :

1. Tanggung jawab terhadap diri sendiri

Tanggung jawab terhadap diri sendiri menuntut kesadaran setiap orang untuk memenuhi kewajiban nya sendiri dalam mengebangkan kepribadian sebagai manusia pribadi.

2. Tanggung jawab terhadap keluarga

Keluarga merupakan masyarakat kecil. Keluarga terdiri dari suami istri , ayah-ibu dan anak-anak dan juga orang lain yang menjadi anggota keluarga.tanggung jawab ini menyangkut nama baik keluarga. Tetapi tanggung jawab juga merupakan kesejahteraan , keselamatan , pendidikan dan kehidupan.

3. Tanggung jawab terhadap masyarakat

Pada hakekatnya manusia tidak bias hidup tanpa bantuan manusia lain , sesuai dengan kedudukan nya sebagai makhluk sosial. Sehingga dengan demikian manusia disini merupakan anggota masyarakat yang tentunya mempunyai tanggung jawab seperti anggota masyarakat yang lain agar dapat melangsungkan hiupnya dalam masyarakat tersebut.

4. Tanggung jawab kepada bangsa/Negara

Suatu kenyataan lagi , bahwa tiap manusia tiap individu adalah warga Negara suatu Negara. Dalam berpikir , berbuat , bertindak , bertingkah laku manusia terikat oleh norma-norma atau ukuran-ukuran yang dibuat oleh Negara. Manusia tidak dapat berbuat semaunya sendiri. Bila perbuatan manusia itu salah, maka ia harus bertanggung jawab kepada Negara.

5. Tanggung jawab terhadap Tuhan

Tuhan menciptakan manusia dibumi ini bukanlah tanpa tanggungbjawab , melainkan untuk mengisi kehidupan nya manusia mempunyai tanggung jawab langsung terhadap Tuhan. Sehingga tindakan manusia tidak bias lepas dari hukuman-hukuman Tuhan yang dituangkan dalam berbagai kitab suci melalui berbagai macam agama.

C. Pengabdian dan Pengorbanan

Wujud tanggung jawab juga berupa pengabdian dan pengorbanan. Pengabdian dan pengorbanan adalah perbuatan baik untuk kepentingan manusia itu sendiri.

1. Pengabdian

Pengabdian adalah perbuatan baik yang berupa pikiran , pendapat ataupun tenaga sebagai perwujudan kesetiaan , cinta , kasih saying , hormat atau satu ikatan dan semua itu dilakukan dengan iklas. Pengabdian itu pada hakekat nya adalah rasa tanggung jawab .

2. Pengorbanan

Pengorbanan berasal dari kata korban atau kurban yang berarti persembahan , sehingga pengorbanan berarti pemberian untuk menyatakan kebaktian, dengan demikian pengorbanan yang bersifat kebaktian itu mengandung unsur keiklasan yang tidak mengandung pamrih.
Pengorbanan dalam arti pemberian sebagai tanda kebaktian tanpa pamrih dapat dirasakan bila membaca atau mendengarkan kotbah agama. Pengorbanan merupakan akibat dari pengabdian. Pengorbanan dapat berupa harta benda, pikiran, perasaan , bahkan dapat juga berupa jiwanya. Pengabdian lebih banyak menunjuk kepada perbuatan sedangkan pengorbanan lebih banyak menunjuk kepada pemberian sesuatu.

Rabu, 22 Juni 2016

Manusia dan Pandangan Hidup

Manusia dan Pandangan Hidup

A. PENGERTIAN PANDANGAN HIDUP

Pandangan hidup artinya pendapat atau pertimbangan yang dijadikan pegangan, pedoman, arahan, petunjuk hidup di dunia. Pendapat atau pertimbangan itu merupakan hasil pemikiran manusia berdasarkan pengalaman sejarah menurut waktu dan tempat hidupnya.
Pandangan hidup banyak sekali macamnya dan raganya. Akan tetapi pandangan hidup dapat diklasifikasikan berdasarkan asalnya yaitu terdiri dari 3 macam :
  1. Pandangan hidup yang berasal dari agama yaitu pandangan hidup yang mutlak kebenaran nya.
  2. Pandangan hidup yang berupa ideologi yang disesuaikan dengan kebudayaan dan norma yang terdapat pada Negara tersebut.
  3. Pandangan hidup hasil renungan yaitu pandangan hidup yang relative kebenaran nya.
B. CITA-CITA

Menurut kamus umum bahasa Indonesia yang disebut cita-cita adalah keinginan, harapan , tujuan yang selalu ada dalam pikiran. Dengan demikian cita-cita merupakan pandangan masa depan, merupakan pandangan hidup yang akan dating. Pada umumnya cita-cita merupakan semacam garis linier yang makin lama makin tinggi , dengan perkataan lain: cita-cita merupakan keinginan , harapan, dan tujuan manusia yang makin tinggi tingkatan nya.
Dapatkah seseorang mencapai apa yang dicita-citakan,hal itu bergantung dari tiga factor. Pertama , manusia nya yaitu memiliki cita-cita; kedua, kondisi yang dihadapi selama mencapai apa yang dicita-citakan; dan ketiga seberapa tinggikah cita-cita yang hendak dicapai.

C. KEBAJIKAN

Kebajikan atau kebaikan atau perbuatan yang mendatangkan kebaikan pada hakekatnya sama dengan perbuatan moral, perbuatan yang sesuai dengan norma-norma agama dan etika. Kebajikan itu adalah perbuatan yang selaras dengan suara hati kita, suara hati masyarakat dan hukum Tuhan. Kebajikan berarti berkata sopan , santun , berbahasa baik , bertingkah laku baik , ramah tamah terhadap siapapun , berpakaian sopan agar tidak merangsang bagi yang melihatnya.
Faktor-faktor yang menentukan tingkah laku setiap orang ada tiga hal. Pertama faktor pembawaan(heriditas) yang telah ditentukan pada waktu seseorang masih dalam kandungan. Faktor kedua yang menentukan tingkah laku seseorang adalah lingkungan(environment). Faktor ketiga yang menentukan tingkah laku seseorang adalah pengalaman yang khas yang pernah diperoleh.

D. USAHA/PERJUANGAN

Usaha/perjuangan adalah kerja keras untuk mewujudkan cita-cita. Kerja keras itu dapat dilakukan dengan otak/ilmu maupun dengan tenaga/jasmani atau denga kedua-duanya. Kerja keras pada dasarnya menghargai dan meningkatkan harkat dan martabat manusia.

E. KEYAKINAN/KEPERCAYAAN

Keyakinan/kepercyaan yang menjadi dasar pandangan hidup berasal dari akal atau kekuasaan Tuhan. Menurut Prof.dr.harun nasution ada tiga aliran filsafat yaitu aliran nautaralisme, aliran intelektualisme dan aliran gabungan.

a. Aliran naturalisme

Aliran naturalism berintikan spekulasi, mungkin ada Tuhan mungkin juga tidak ada Tuhan. Yang benar adalah keyakinan. Bagi yang percaya Tuhan, Tuhan itulah kekuasaan tertinggi. Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan. Karena itu manusia mengabdi kepada Tuhan berdasarkan ajaran-ajaran Tuhan yaitu agama. Ajaran agama ada dua macam yaitu :
  1. Ajaran agama dogmatis yang disampaikan oleh Tuhan melalui nabi-nabi.
  2. Ajaran agama dari pemuka-pemuka agama yaitu sebagai hasil pemikiran manusia , sifatnya relatif (terbatas).
b. Aliran intelektualisme

Dasar aliran ini adalah logika/akal. Manusia mengutamakan akal. Dengan akal manusia berpikir.

c. Aliran gabungan

Dasar aliran ini adalah kekuatan gaib dan juga akal. Kekuatan gaib artinya kekuatan yang berasal dari Tuhan percaya adanya Tuhan sebagai dasar keyakinan. Sedangkan akal adalah bdasar kebudayaan yang menentukan benar tidaknya sesuatu.

F. LANGKAH-LANGKAH BERPANDANGAN HIDUP YANG BAIK.

Karena hanya dengan mempunyai langkah-langkah itulah kita dapat memperlakukan pandangan sebagai sarana mencapai tujuan dan cita-cita dengan baik. Adapun langkah-langkah itu sebagai berikut:
  1. Mengenal
Mengenal merupakan suatu kodrat bagi manusia yaitu merupakan tahap pertama dari setiap aktivitas hidupnya yang dalam hal ini mengenal apa itu pandangan hidup.
  1. Mengerti
Mengerti disini dimaksudkan mengerti terhadap pandangan hidup itu sendiri. Mengerti terhadap pandangan hidup disini memegang peranan penting. Karena dengan mengerti ada kecendrungan mengikuti apa yang terdapat dalam pandangan hidup itu.
  1. Menghayati
Langkah  selanjutnya  setelah mengerti pandangan  hidup adalah menghayati  pandangan hidup  itu. Menghayati disini dapat diibaratkan menghayati nilai-nilai  yang terkandung didalamnya, yaitu  dengan memperluas dan memperdalam   pengetahuan  mengenai  pandangan   hidup  itu sendiri.  Langkah-langkah yang dapat  ditempuh dalam  rangka menghayati ini, menganalisa hal-hal  yang  berhubungan  dengan  pandangan  hidup, bertanya  kepada  orang  yang dianggap lebih tahu dan lebih berpengalaman mengenai isi pandangan hidup itu atau mengenai pandangan hidup itu  sendiri.
  1. Meyakini
Meyakini  ini merupakan  suatu hal untuk: cenderung  memperoleh  suatu kepastian sehingga dapat mencapai suatu tujuan hidupnya. Dengan   meyakini   berarti   secara  langsung   ada  penerimaan  yang  ikhlas  terhadap pandangan   hidup  itu.  Adanya  sikap  menerima  secara  ikhlas  ini  maka  ada  kecenderungan untuk  selalu berpedoman kepadanya  dalam segala tingkah laku dan tindak tanduknya selalu dipengaruhi   oleh  pandangan   hidup  yang  diyakininya.
  1. Mengabdi
Pengabdian   merupakan  sesuatu  hal  yang  penting  dalam  menghayati   dan  meyakini sesuatu  yang  telah  dibenarkan  dan  diterima baik oleh  dirinya  lebih-lebih oleh  orang  lain. Dengan  mengabdi  maka  kita akan merasakan  manfaatnya Sedangkan  perwujudan manfaat mengabdi  ini dapat dirasakan  oleh pribadi kita sendiri. Dan manfaat  itu sendiri bisa terwujud di masa  masih  hidup  dan  atau sesudah  meninggal  yaitu di alam  akherat.
  1. Mengamankan
Proses  mengamankan  ini  merupakan  langkah terakhir.  Tidak mungkin  atau sedikit kemungkinan bila belum mendalami langkah sebelumnya lalu akan ada proses mengamankan ini. Langkah  yang terakhir ini merupakan langkah terberat dan benar-benar membutuhkan iman yang teguh dan kebenaran dalam menanggulangi segala sesuatu demi tegaknya pandangan hidup.

Kamis, 16 Juni 2016

Manusia dan Keadilan

Manusia dan Keadilan

Keadilan menurut Aristoteles adalah kelayakan dalam tindakan manusia. Kelayakan diartikan sebagai titik tengah antara kedua ujung ekstrem yang terlalu banyak dan terlalu sedikit. Kedua ujung ekstrem ini menyangkut dua orang atau benda. Bila kedua orang tersebut mempunyai kesamaan dalam ukuran yang telah ditetapkan, maka masing-masing orang harus memperoleh benda atau hasil yang sama, kalau tidak sama, maka masing – masing orang akan menerima bagian yang tidak sama, sedangkan pelangggaran terjadap proporsi tersebut disebut tidak adil.
Keaadilan oleh Plato diproyeksikan pada diri manusia sehingga yang dikatakan adil adalah orang yang mengendalikan diri dan perasaannya dikendalikan oleh akal. Socrates memproyeksikan keadilan pada pemerintahan. Menurut Socrates, keadilan akan tercipta bilamana warga Negara sudah merasakan bahwa pemerintah sudah melakukan tugasnya dengan baik. Mengapa diproyeksikan kepada pemerintah ? sebab pemerintah adalah pimpinan pokok yang menentukan dinamika masyarakat. Kong Hu Cu berpendapat bahwa keadilan terjadi apabila anak sebagai anak, bila ayah sebagai ayah, bila raja sebagai raja, masing-masing telah melaksanakan kewajibannya. Pendapat ini terbatas pada nilai-nilai tertentu yang sudah diyakini atau disepakati.
Menurut pendapat yang lebih umum dikatakan bahwa keadilan itu adalah pengakuan dan pelakuan yang seimbang antara hak-hak dan kewajiban. Keadilan terletak pada keharmonisan menuntuk hak dan menjalankan kewajiban. Atau dengan kata lain, keadilan adalah keadaan bila setiap orang memperoleh apa yang menjadi hak nya dan setiap orang memperoleh bagian yang sama dari kekayaan bersama.
Berbagai Macam Keadilan
  1. Keadilan legal atau keadilan moral
Plato berpendapat bahwa keadilan dan hukum merupakan substansi rohani umum dari masyarakat yang membuat dan menjadi kesatuannya. Dalam masyarakat yang adil setiap orang menjalankan pekerjaan menurut sifat dasarnya paling cocok baginya ( the man behind the gun ). Pendapat Plato itu disebut keadilan moral, sedangkan oleh yang lainnya disebut keadilan legal
  1. Keadilan distributive
Aristotele berpendapat bahwa keadilan akan terlaksana bilamana hal-hal yang sama diperlakukan secara sama dan hal-hal yang tidak sama diperlakukan tidak sama (justice is done when equels are treated equally).
  1. Keadilan komutatif
Keadilan ini bertujuan untuk memelihara ketertiban masyarakat dan kesejahteraan umum.Bagi Aristoteles pengertian keadilan ini merupakan asas pertalian dan ketertiban dalam masyarakat. Semua tindakan yang bercorak ujung ekstrem menjadikan ketidakadilan dan akan merusak atau bahkan menghancurkan pertalian dalam masyarakat

Kejujuran

Kejujuran atau jujur artinya apa-apa yang dikatakan seseorang sesuai dengan hati nuraninya, apa yang dikatakan sesuai dengan kenyataan yang ada. Sedang kenyataan yang ada itu adalah kenyataan yang benar-benar ada. Jujur juga berarti seseorang bersih hatinya dari perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh agama dan hukum. Untuk itu dituntut satu kata dan perbuatan, yang berarti bahwa apa yang dikatakan harus sama dengan perbuatannya. Karena itu jujur berarti juga menepati janji atau kesanggupan yang terlampir melalui kata-kata ataupun yang masih terkandung dalam hati nuraninya yang berupa kehendak, harapan dan niat.

Kecurangan

Kecurangan atau curang identik dengan ketidakjujuran atau tidak jujur, dan sama pula dengan licik, meskipun tidak serupa benar. Curang atau kecurangan artinya apa yang diinginkan tidak sesuai dengan hari nuraninya atau, orang itu memang dari hatinya sudah berniat curang dengan maksud memperoleh keuntungan tanpa bertenaga dan berusaha. Kecurangan menyebabkan orang menjadi serakah, tamak, ingin menimbun kekayaan yang berlebihan dengan tujuan agar dianggap sebagai orang yang paling hebat, paling kaya, dan senang bila masyarakat disekelilingnya hidup menderita. Bermacam-macam sebab orang melakukan kecurangan. Ditinjau dari hubungan manusia dengan alam sekitarnya, ada 4 aspek yaitu aspek ekonomi, aspek kebudayaan, aspek peradaban dan aspek teknik. Apabila keempat asepk tersebut dilaksanakan secara wajar, maka segalanya akan berjalan sesuai dengan norma-norma moral atau norma hukum. Akan tetapi, apabila manusia dalam hatinya telah digerogoti jiwa tamak, iri, dengki, maka manusia akan melakukan perbuatan yang melanggar norma tersebut dan jadilah kecurangan.

Pemulihan nama baik

Nama baik merupakan tujuan utama orang hidup. Nama baik adalah nama yang tidak tercela. Setiap orang menajaga dengan hati-hati agar  namanya baik. Lebih-lebih jika ia menjadi teladan bagi orang/tetangga disekitarnya adalah suatu kebanggaan batin yang tak ternilai harganya. Penjagaan nama baik erat hubungannya dengan tingkah laku atau perbuatan. Atau boleh dikatakan bama baik atau tidak baik ini adalah tingkah laku atau perbuatannya. Yang dimaksud dengan tingkah laku dan perbuatan itu, antara lain cara berbahasa, cara bergaul, sopan santun, disiplin pribadi, cara menghadapi orang, perbuatn-perbuatan yang dihalalkan agama dan sebagainya. Pada hakekatnya pemulihan nama baik adalah kesadaran manusia akan segala kesalahannya; bahwa apa yang diperbuatnya tidak sesuai dengan ukuran moral atau tidak sesuai dengan ahlak yang baik. Untuk memulihkan nama baik manusia harus tobat atau minta maaf. Tobat dan minta maaf tidak hanya dibibir, melainkan harus bertingkah laku yang sopan, ramah, berbuat darma dengan memberikan kebajikan dan pertolongan kepaa sesama hidup yang perlu ditolong dengan penuh kasih sayang , tanpa pamrin, takwa terhadap Tuhan dan mempunyai sikap rela, tawakal, jujur, adil dan budi luhur selalu dipupuk.

 Pembalasan

Pembalasan ialah suatu reaksi atas perbuatan orang lain. Reaksi itu dapat berupa perbuatan yang serupa, perbuatan yang seimbang, tingkah laku yang serupa, tingkah laku yang seimbang. Pembalasan disebabkan oleh adanya pergaulan. Pergaulan yang bersahabat mendapat balasan yang bersahabat. Sebaliknya pergaulan yagn penuh kecurigaan menimbulkan balasan yang tidak bersahabat pula. Pada dasarnya, manusia adalah mahluk moral dan mahluk sosial. Dalam bergaul manusia harus mematuhi norma-norma untuk mewujudkan moral itu. Bila manusia berbuat amoral, lingkunganlah yang menyebabkannya. Perbuatan amoral pada hakekatnya adalah perbuatan yang melanggar atau memperkosa hak dan kewajiban manusia. Oleh karena itu manusia tidak menghendaki hak dan kewajibannya dilanggar atau diperkosa, maka manusia berusaha mempertahankan hak dan kewajibannya itu. Mempertahankan hak dan kewajiban itu adalah pembalasan.


Jumat, 03 Juni 2016

Pendidikan Karakter di Era Jokowi - JK (Revolusi Mental dan Nawa Cita)

Makalah 
Pendidikan Karakter di Era Jokowi
(Revolusi Mental dan Nawa Cita)
Disusun oleh :  
Alghifari Fikri Santoso (50415528)
Program Studi Teknik Informatika
Fakultas Teknologi Industri
Universitas Gunadarma
Depok
2016
 
 
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penyusun panjatkan kepada  Allah SWT, berkat limpahan rahmat, kemudahan, dan karunia-Nya, sehingga Makalah yang dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah ILMU BUDAYA DASAR ini berjudul “PENDIDIKAN KARAKTER DI ERA JOKOWI-JK (REVOLUSI MENTAL DAN NAWA CITA)” ini dapat penyusun selesaikan sebagai bahan untuk sumber belajar di dalam kelas.
Makalah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Budaya Dasar (IBD). Dalam makalah ini berisi tentang revolusi mental, visi misi pemerintahan Jokowi dan bukti di lapangan serta pendidikan karate yang ada di Indonesia.
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan. Maka dari itu, penyusun minta kritik dan sarannya yang bersifat membangun untuk ke arah yang lebih baik lagi ke depannya.
Akhirnya, penyusun menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan makalah ini mohon maaf tidak bisa disebutkan satu persatu.
 
Depok, 31 Mei 2016
 
Penyusun
 
 
BAB 1
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
         Indonesia adalah salah satu negara yang tengah dilanda krisis multidimensi yang berkepanjangan. Ketika Negara-negara lain (Thailand, Korea Selatan, Malaysia, dan lain-lain) telah bangkit dengan segera setelah mengalami krisis moneter yang melanda Asia pada tahun 1997, Indonesia sampai saat ini masih terus mengalami krisis, dan masih kelihatan suram untuk bangkit dari keterpurukan. Krisis ini sebenarnya mengakar pada menurunnya kualitas moral bangsa atau lemahnya mentalitas dan hancurnya karakter generasi muda.
         Tantangan globalisasi yang ada di hadapan kita merupakan hal yang tak bisa diingkari. Revolusi teknologi, transportasi, informasi, dan komunikasi menjadikan dunia ini tanpa batas. Kita bisa mengetahui sesuatu yang terjadi di belahan benua lain dalam hitungan detik melalui internet dan lain-lain.
         Pengetahuan dan teknologi menjadi garda depan yang harus diprioritaskan dalam era globalisasi. Jepang, Singapura, Malaysia, Korea Selatan sudah berlari tunggang langgang untuk mengejar ketertinggalan dan mengubah diri tidak hanya sebagai penonton pasif, tapi juga actor kreatif yang ikut dalam proses kompetensi ketat globalisasi.
         Menurut M. Mastuhu (2007: 49-50), globalisasi memberi peluang bagi siapa saja yang mau dan mampu memanfaatkannya, baik untuk kepentingan diri sendiri maupun untuk kepantingan manusia lainnya. Menurut A. Qodri Azizy (2004: 26), kata kunci globalisasi adalah kompetensi. Lalu bagaimana dengan bangsa Indonesia sendiri disaat semua Negara berpacu dan berlomba membuat teknologi secanggih mungkin untuk mengimbangi globalisasi, Indonesia malah sibuk dengan permasalahan dan semakin terpuruk.
         Globalisasi sudah menembus semua penjuru dunia, bahkan sampai daerah terpencil sekalipun, masuk ke rumah-rumah, membombardir pertahanan moral dan agama, sekuat apa pun dipertahankan. Televise, internet, Koran, handphone, dan lain-lain adalah media informasi dan komunikasi yang berjalan dengan cepat, menggulung sekat-sekat tradisional yang selama ini dipegang sekuat-kuatnya.
         Moralitas menjadi melonggar. Sesuatu yang dulu dianggap tabu, sekarang menjadi biasa-biasa saja. Cara berpakaian, berinteraksi dengan lawan jenis, menikmati hiburan di tempat-tempat special dan menikmati narkoba menjadi tren dunia modern yang sulit ditanggulangi. Globalisasi menyediakan seluruh fasilitas yang dibutuhkan manusia, positif maupun negative. Banyak manusia terlena dengan menuruti semua keinginannya, apalagi memiliki rezeki melimpah dan lingkungan kondusif.
         Akhirnya, karakter bangsa berubah menjadi rapuh, mudah diterjang ombak, terjerumus dalam tren budaya yang melenakan, dan tidak memikirkan akibat yang ditimbulkan. Prinsip-prinsip moral, budaya bangsa, dan perjuangan hilang dari karakteristik mereka. Inilah yang menyebabakan dekadensi moral serta hilangnya kreativitas dan produktivitas bangsa. Sebab, ketika karakter suatu bangsa rapuh maka semangat berkreasi dan berinovasi dalam kompetensi yang kekat akan mengendur, dan mudah dikalahkan oleh semangat konsumerisme, hedonism, dan pesimisifisme yang instan dan menenggelamkan.
         Oleh karena itu, pemerintahan Jokowi membuat sebuah gebrakan dalam masa pemerintahannya yaitu tentang Revolusi Mental yang ada dalam poin ke delapan dalam Nawa Cita, khusunya revolusi mental dalam dunia pendidikan. Karena pendidikan adalah awal dari generasi muda yang berkarakter. Program ini diharapkan mampu mengubah dan membenahi karakter bangsa Indonesia. Namun, saat ini revolusi mental ini sedang menjadi sorotan dan menjadi pertanyaan khalayak umum.
         Berawal dari permasalahan di atas, maka penyusun membuat makalah yang berjudul “PENDIDIKAN KARAKTER DI ERA JOKOWI-JK (REVOLUSI MENTAL DAN NAWA CITA) ” untuk mendalami tentang Revolusi mental dalam dunia pendidikan itu sendiri.
 
B.     Rumusan Masalah
         Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
1.      Bagaimana revolusi mental?
2.      Bagaimana nawa cita?
3.      Bagaimana pendidikan karakter di Indonesia?
C.    Tujuan Penyusunan
         Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Karakter Bangsa.
2.      Untuk mengetahui revolusi mental.
3.      Untuk mengetahui nawa cita.
4.      Untuk mengetahui pendidikan karakter di Indonesia.
BAB 2
PEMBAHASAN
A.    Revolusi Mental dan Nawa Cita
         Mendengar kata revolusi mental bukanlah hal yang baru bagi bangsa Indonesia, karena sebelumnya presiden pertama Indonesia Ir. Soekarno telah mencetuskan ini. Namun, belakangan ini kata revolusi mental tengah hangat menjadi topic pembicaraan di beberapa media. Karena kata revolusi mental ini menjadi jargon atau program pemerintahan presiden Jokowi yang tertuang dalam nawa cita poin ke delapan. Nawacita adalah istilah umum yang diserap dari bahasa Sanskerta, nawa (sembilan) dan cita (harapan, agenda, keinginan).
         Seiring dengan kemenangan Bapak Joko Widodo dan Yusuf Kalla dalam pilpres 9 Juli 2014, maka tampaknya kita akan memasuki era perubahan yang siknifikan (semoga) melalui kosep REVOLUSI MENTAL yang dicanangkan oleh Presiden Baru periode 2014-2019 itu. Konsep revolusi mental nampaknya dapat menjadi sebuah harapan yang bisa kita terapkan untuk membangun mental masyarakat Indonesia yang kuat.  Revolusi mental ditujukan untuk pembangunan manusia dan pembangunan sosial.
         Pembangunan manusia melingkupi 3 dimensi, yaitu sehat, cerdas, berkepribadian. Sehat berarti dimulai dengan fisik kita yang senantiasa fit dan bugar.  Cerdas berarti mengarah pada otak kita yang selalu berpikir dan diasah sehingga memiliki kemampuan analisis yang tajam dan berkualitas.  Sedangkan berkepribadian adalah kaitannya dengan kehendak yang berbudi pekerti luhur.  Perlunya revolusi mental adalah karena penyakit seperti emosi/mental/jiwa akan berdampak pada individu berupa malasnya seseorang dan tidak mempunyai karakter.  Kemudian dampaknya akan menular kepada masyarakat yang ditandai dengan gangguan ketertiban, keamanan, kenyamanan, kecemburuan sosial, dan ketimpangan sosial.  Lebih jauh lagi, akan berdampak negatif pada bangsa dan negara.  Bangsa kita akan lemah dan menjadi tidak bermartabat.  Kemudian produktivitas dan daya saing kita menjadi rendah.
         Cukup menarik ketika revolusi mental adalah jembatan menuju Indonesia yang berkepribadian.  Dimulai dari diri sendiri, menjadi manusia cerdas dengan metode belajar yang serius, terus berlatih, memanfaatkan prasaran dan sarana yang sudah tersedia (sambil berharap pemerintah memperbaiki/melengkapinya), meningkatkan kualitas sumber daya manusia dengan belajar, serta membiasakan budaya membaca.  Menjadi manusia sehat jasmani dengan menjaga kesehatan diri dan pemeliharaan lingkungan.  Karena substansi revolusi mental ada pada pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan, pendidikan berbudi pekerti luhur, serta pendidikan demokrasi dan sadar hukum.
1.      Pengertian Revolusi Mental
         Revolusi (dari bahasa latin revolutio, yang berarti "berputar arah") adalah perubahan fundamental (mendasar) dalam struktur kekuatan atau organisasi yang terjadi dalam periode waktu yang relatif singkat. Kata kuncinya adalah Perubahan dalam Waktu Singkat.
         Revolusi mental merupakan suatu gerakan seluruh masyarakat baik pemerintah atau rakyat dengan cara yang cepat untuk mengangk kembali nilai-nilai strategi yang diperlukan oleh Bangsa dan Negara untuk mampu menciptakan ketertiban dan Kesejahteraan rakyat sehingga dapat memenangkan persaingan di era globalisasi.
Revolusi mental mengubah cara pandang, pikiran, sikap dan perilaku yang berorientasi pada kemajuan dan kemoderenan, sehingga menjadi bangsa besar dan mampu berkompetisi dengan bangsa-bangsa lain di dunia.
         Berikut ini pendapat tentang revolusi mental menurut Bung Karno sebagai pencetus dan menurut Joko Widodo:
a.       Bung Karno : Revolusi mental merupakan satu gerakan untuk menggembleng manusia Indonesia agar menjadi manusia baru, yang putih, berkemampuan baja, bersemangat elang rajawali, berjiwa api menyala-nyala.
b.      Joko Widodo : Usaha lebih memperkokoh kedaulatan, meningkatkan daya saing dan mempererat persatuan bangsa, Kita perlu melakukan Revolusi Mental.
2.      Tiga Pokok Permasalahan Bangsa
a.       Merosotnya wibawa bangsa
b.      Lemahnya sendi perekonomian bangsa
c.       Intoleransi dan krisis kepribadian bangsa.
3.      Visi dan Misi Pemerintahan Jokowi – JK
Visi:
“Terwujudnya Indonesia yang berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong”
Misi:
a.       Mewujudkan keamanan nasioanal yang mampu menjaga kedaulatan wiliyah, menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumberdaya mariti, dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai Negara kepulauan.
b.      Mewujudkan masyarakat maju, berkesinambungan dan demokratis berlandaskan Negara hukum.
c.       Mewujudkan politik Luar Negeri dan memperkuat jatidiri sebagai Negara maritim.
d.      Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju dan sejahtera.
e.       Mewujudkan Bangsa yang berdaya saing.
f.       Mewujudkan Indonesia menjadi Negara maritime yang mandiri, maju, kuat dan berbasiskan kepentingan nasional.
g.      Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dan kebudayaan.
4.      Sembilan Agenda Prioritas (Nawa Cita)
      Adapun 9 agenda prioritas (Nawa Cita)
a.       Menghadirkan kembali Negara untuk melindungi segenap dan memberikan rasa aman pada suluruh warga Negara.
b.      Membuat Pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola Pemerintah yang bersih, efektif, demokratis dan terpercaya.
c.       Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka Negara kesatuan
d.      Menolak Negara lemah dengan melakukan reformasi system dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya.
e.       Meningkatka kualitas hidup manusia.
f.       Mewujudkan melalui peningkatan kualitas pendidikan dan pelatihan dengan program Indonesia Pintar, Indonesia Kerja dan Indonesia Sejahtera.kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik.
g.      Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional.
h.      Melakukan revolusi karakter bangsa melalui kebijakan penataan kembali kurikulum pendidikan nasional dengan mengedepankan aspek pendidikan kewarganegaraan, yang menempatkan secara proporsional aspek pendidikan, seperti pengajaran sejarah pembentukan bangsa, nilai-nilai patriotisme dan cinta Tanah Air, semangat bela negara dan budi pekerti di dalam kurikulum pendidikan Indonesia.
i.        Memperteguh ke-bhinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia melalui kebijakan memperkuat pendidikan ke-bhinekaan.
5.      Tujuan  Revolusi Mental
     Adapun tujuan revolusi mental adalah sebagai berikut:
a.    Mengubah cara pandang, piker dan sikap, perilaku dan cara kerja.
b.   Membangkitkan kesadaran dan membangun sikap optimistic
c.    Mewujudkan Indonesia yang berdaulat, berdikari dan berkprebadian.
6.      Delapan Prinsip Revolusi Mental
a.    Bukan proyek tapi gerakan social.
b.   Ada tekad politik untuk menjamin kesungguhan pemerintah.
c.    Harus bersifat lintas-sektoral.
d.   Bersifat partisipasi (kolaborasi pemerintah, masyarakat sipil, sector privat, dan akademisi)
e.    Diawali dengan pemicu.
f.    Desainn program harus ramah pengguna, popular, menjadi bagian dari gaya hidup dan sistemik-holistik (bencana semesta)
g.   Nilai-nilai yang dikembangkan bertujuan mengatur kehidupan social (moralitas public)
h.   Dapat diukur dampaknya.
7.      Tiga Nilai Tevolusi Mental
a.       Integrasi (jujur, dipercaya, berkarakter, bertanggung jawab)
b.      Etos kerja (etos kerja, daya saing, optimis, inovatif dan produktif)
c.       Gotong royong (kerja sama, solidaritas, komunai, berorientasi pada kemaslahatan)
8.      Strategi Internalisasi 3 Nilai Revolusi Mental
a.       Jalur birokrasi
Internalisasi 3 nilai revolusi mental pada Kementrian/Lembaga melalui:
1)      Pembentukan tugas gugus dan pic
2)      Tersusunnya program, kegiatan nyata berbasis nilai-nilai revolusi mental.
3)      Menjadi contoh tauladan (role model)
b.      Jalur swasta
1)      Memperkuat kemitraan antara pengusaha kecil dan pengusaha besar.
2)      Inseftif pengurangan pajak bagi pengusaha Indonesia yang mengembangkan produk local inovatip.
3)      Instruksi presiden kepada pengusaha media untuk berkolaborasi mempromosikan revolusi mental.
4)      Mengembangkan lembaga keuangan mikro di desa.
5)      Mendukung inisiatif uaha menengah membuka pasar/sentral yang menjual produk local yang inovatif, kreatif dan harga terjangkau.
c.       Jalur kelompok masyarakat
1)      Pembudayaan 3 nilai revolusi mental dalam kelompok masyarakat
2)      Membangun role model
3)      Aspirasi terhadap kelompok masyarakat
4)      Keteladanan oleh tokoh
d.      Jalaur pendidikan
1)      Memperkuat kurikulum pendidikan kewarganegaraan pada semua jenjang, jenis dan jalur pendidikan untuk membangun integrasi, membentuk etos kerja keras dan semangat gotong royong.
2)      Menerapka ekstra kurikuler  revolusi mental di sekolah.
3)      Meningkatkan sarana pendidikan yang merata.
4)      Meningkatkan kompotensi guru dalam mendudkung revolusi mental.
B.     Pendidikan Karakter di Indonesia
“Sebuah bangsa sedang menuju jurang kehancuran, ketika karakternya tergadai”
(Thomas Lickona, 1992)
      Pendidikan karakter ini muncul sejak tahun 2010, pada masa itu menteri Pendidikan M. Nuh membuat kebijakan pendidikan di Indonesia harus berkarakter guna melahirkan generasi emas Indonesia 2020. Hal dikarenakan saat ini Indonesia mengalami krisis karakter, fenomena ini dapat kita lihat dari dari potret pendidikan di Indonesia.
      Persoalan praktik-praktik kebohongan dalam dunia pendidikan mulai dari menyontek pada saat ujian sampai plagiarisme[1] hak cipta dan perjokian Seleksi Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) serta praktik jual-beli izajah palsu. Jika sebagai peserta didik saja sudah terbiasa dengan tipu-menipu alias manipulasi ujian, maka ketika nanti sudah lulus dan bekerja akan kembali melahirkan para koruptor baru dan budaya korupsi tidak akan pernah hilang di Negara kita.
      Dunia pendidikan sangat bertanggung jawab dalam meghasilkan lulusan-lulusan yang memiliki akademis bagus dan moral yang baik. Walaupun pada kenyataannya potret pendidikan di Negara kita dari segi akademis sangat bagus tetapi dari segi karakter ternyata masih bermasalah. Siapa yang tidak mengelus dada ketika melihat seorang pelajar yang tidak punya sopan santun, pendendam, mencontek, hobi narkoba, tawuran, membolos sekolah, aborsi, berjudi bahkan bagus nilainya untuk “mata pelajaran” pornografi. Contoh-contoh tersebut merupakan jenis kenakalan pelajar yang umum. Namun, tidak menutup mata pelajar yang patut dibanggakan juga ada, seperti mereka yang menjuarai olimpiade sains, baik ditingkat nasional maupun internasional. Bahkan, ada pelajar Indonesia yang berhasil menjadi juara umum dalam International Conference of Young Scientists (ICYS) atau Konferensi Internasional Ilmuan  Muda se-Dunia yang diikuti ratusaan pelajar SMA dari 19 negara di Bali pada 12-17 April 2010.
      Manakala Indonesia dikatakan oleh banyak pihak sebagai negara yang soft nation dan rapuhnya moral anak bangsa, pendidikan dituding gagal dalam menciptakan sumber daya manusia berkualitas. Institusi-institusi pendidikan terutama sekolah-sekolah dinilai gagal memenuhi tujuan pendidikan.
      Kegagalan pendidikan di Indonesia menghasilkan manusia yang berkarakter diperkuat oleh pendapat I Ketut Sumarta dalam tulisannya yang berjudul “Pendidikan yang Memekarkan Rasa”. Dalam tulisannya, Ketut Sumarta mengungkapkan bahwa pendidikan nasional kita cenderung hanya menonjolkan pembentukan kecerdasan berpikir dan menepikan penempatan kecerdasan rasa, kecerdasan budi, bahkan kecerdasan batin. Dari sini lahirlah manusia-manusia yang berotak pintar, manusia yang berprestasi secara kuantitatif akademik, tetapi tidak berkecerdasan budi sekaligus sangat bertentangan tidak mandiri[2].
      Dalam dunia pendidikan, terdapat tiga ranah yang harus dikuasai oleh siswa, yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotrik. Ranah kognitif berorientasi pada ilmu pengetahuan dan teknlogi, ranah afektif berkaitan dengan (sikap) attitude, moralitas, spirit, dan karakter, sedangkan ranah psikomotorik berkaitan dengan keterampilan bersifat procedural dan cenderung mekanis.
      Dalam realitas pembelajaran di sekolah, usaha untuk menyeimbangkan ketiga ranah tersebut memang selalu diupayakan, tetapi pada kenyataannya yang dominan adalah ranah kognitif, kemudian psikmotorik. Akibatnya adalah peserta didik kaya akan kemampuan bersifat hard skill, tetapi miskin soft skill karena ranah afektif terabaikan. Gejala ini tampak pada output pendidikan yang memiliki kemampuan intelektual tinggi, pintar, juara kelas, tetapi miskin kemampuan membangun relasi, kurang mampu berinteraksi dan bekerjasama, cenderung egois serta menjadi pribadi yang tertutup.
      Padahal, pendidikan pada esensinya merupakan sebuah upaya membangun kecerdasan manusia, baik kecerdasan kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Oleh karena itu, pendidikan secara terus menerus dibangun dan dikembangkan agar menghasilkan generasi yang unggul; unggul dalam ilmu, iman dan amal. Ada pepatah mengatakan, “Jika engkau ingin melihat masa depan suatu bangsa, lihatlah kondisi generasi penerusnya hari ini ”. Dengan demikian, pembentukan karakter terbaik pada anak menjadi hal yang sangat penting karena anak merupakan generasi penerus yang akan melanjutkan eksistensi bangsa. Berbagai pendapat dari banyak pakar pendidikan anak, menyatakan bahwa terbentuknya karakter kpribadian manusia ditentukan oleh factor  nature dan nurture, dan tidak ada kata terlambat dalam membentuk karakter anak bangsa.
      Bangsa Indonesia pasti tidak ingin menjadi bangsa yang tertinggal dan terbelakang. Berbagai upaya dilakukan pemerintah untuk kemajuan dan memperbaiki kualitas bangsa, seperti, pembaharuan kurikulum, peningkatan anggaran, atau standarisasi kompetensi pendidikan. Namun, usaha tersebut dirasa masih belum mencapai hasil yang diharapkan sesuai tujuan pendidikan itu sendiri. Tingginya biaya sekolah, buruknya fasilitas-fasilitas sekolah di daerah-daerah pelosok, minimnya kesejahteraan dan kualitas guru, melengkapi masalah bangsa ini.
      Guna menghadapi kecanggihan teknologi dan komunikasi yang terus berkembang, perbaikan sumber daya manusia juga perlu terus diupayakan untuk membentuk manusia yang cerdas, terampil, mandiri dan berakhlak mulia. Berbagai wacana pun santer disebarkan. Salah satuya adalah wacana pendidikan karakter yang dianggap mampu memberikan jawaban atas kebuntuan permasalahan dalam sistem pendidikan.
      Kita sebenarnya sudah terlambat dalam menerapkan pendidikan karakter, tetapi lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. Ada yang mengatakan bahwa percuma menerapkan pendidikan karakter karena negara kita sudah terlanjur banyak korupsi. Pemikiran tersebut merupakan  pemikiran yang terlalu pesimis. Masih banyak generasi muda kita yang duduk di bangku sekolah dan dengan butuh pendidikan karakter agar di masa depan menjadi manusia yang tidak hanya cerdas secara intelektual saja, tapi juga karakter. Dan lembaga pendidikan diharapkan dapat menjadi motor penggeraknya serta guru diharapkan menjadi peran utamanya.
      Lembaga pendidikan dan lembaga-lembaga sosial lainnya di Indonesia memiliki beban yang sangat berat dalam menghadapi pelemahan nilai, pelemahan moral dan orientasi kebangsaan seperti masalah cinta tanah air, ikatan kebangsaan, solidaritas kebangsaan jatidiri bangsa dan lebih luas lagi dalam membela martabat dan kedaulatan bangsa di tengah berbagai ekspansi nilai-nilai luar yang memperlemah kebangsaan.
      Menurut William Bernnett (1991), sekolah merupakan sebuah lembaga pendidikan yang memiliki peran dan tanggung jawab terhadap pembentukan karakter anak (character building). Apalagi , bagi anak didik yang tidak mendapatkan pendidikan karakter sama sekali di lingkungan dan keluarga mereka. Oleh karena itu, peran dan kontribusi guru sangat dominan karena anak didik sangat membutuhkan bimbingan sebab anak belum siap menghadapi problem yang terjadi di lingkungan masyarakat. Sebagai sebuah lembaga, sekolah memiliki tanggung jawab moral untuk mendidik anak agar pintar, cerdas, serta memiliki karakter positif sebagaimana diharapkan setiap orang tua. Namun sekarang ini, banyak orang tua mengeluh bahwa pendidikan karakter di sekolah telah diabaikan[3]. Tampaknya, hal tersebut disebabkan gagasan pendidikan karakter masih berada dalam wilayah konsep semata yang terletak dibenak para pendidik dan pemerhati pendidikan serta hanya menjadi komoditas isu pendidikan yang menjadi wacana[4]. Sekolah harus merespon kenyataan tersebut dengan membumikan gagasan pendidikan karakter, yaitu dengan mengimplementasikan atau menerapkan gagasan pendidikan karakter melalui berbagai strategi untuk membentuk peserta didik yang berkarakter.
      Tanpa karakter yang positif, seseorang dengan mudah melakukan sesuatu apa pun yang dapat menyakiti atau menyengsarakan orang lain. Oleh karena itu, kita perlu membentuk karakter untuk mengelola diri dari hal-hal yang negative. Karakter yang terbangun diharapkan akan mendorong setiap manusia untuk mengerjakan sesuatu sesuai dengan suara hatinya.
      Pendidikan secara filosofis merupakan satu kesatuan dengan kehidupan, yang menunjukan proses bagaimana manusia mengenal diri dengan segenap potensi yang dimilikinya dan memahami apa yang tengah dihadapinya dalam realitas kehidupan nyata (Suyanto, 2006: ix).
      Pendidikan adalah proses yang memanusiakan manusia[5]  yang terus-menerus dialami sepanjang hayat. Pendidikan mencakup segala aspek keseharian saat seseorang belajar, mengamati, mendengarkan, membaca, menonton, bekerja dan lain sebagainya.
      Pendidikan karakter mengajarkan kebiasaan cara berpikir dan perilaku yang membantu individu untuk hidup dan bekerja bersama sebagai keluarga, masyarakat, dan bernegara dan membantu mereka untuk membuat keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan.
      Menurut Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan pada Pasal 3, yang berbunyi pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
      Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional, jelas bahwa pendidikan di setiap jenjang harus dilaksanakan secara sistematis. Hal ini berkaitan dengan pembentukan karakter peserta didik sehingga mampu bersaing, beretika, bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat.
      Meninjau dari fungsi pendidikan itu sendiri dan dilihat dari permasalahan yang ada, sebenarnya hal tersebuat merupakan asal-usul adanya kurikulum 2013 atau disingkat dengan K13.
      Pendidikan karakter di Indonesia sudah diterapkan oleh beberapa sekolah atau lembaga pendidikan. Salah satunya system Bourding School atau memadukan antara sekolah dan pesantren.
      Selain itu, untuk yang hanya sekolah saja. Sekolah membuat program sendiri tentang pendidikan karakter mulai dari kultur sekolah, ekstrakulikuler yang dapat membangun karakter anak bangsa seperti pramuka.
     
     
                                                                                    
BAB 3
PENUTUP
A.    Kesimpulan
      Adapun dari pembahasan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.      Revolusi mental merupakan program pemerintahan Jokowi-JK yang tertuang dalam Nawa Cita Point ke-8, dan untuk melaksanakan programnya Bapak Presiden Joko Widodo membuat sebuah kebinet yaitu cabinet kerja.
2.      Pendidikan karakter ini merupakan aplikasi dari revolusi mental dalam dunia pendidikan, mengingat banyak sekali permasalahan pendidikan dan pendidikan sangat bertanggung jawab dalam melahirkan generasi yang berkarakter.
3.      Permasalahan yang saat ini di alami Indonesia, terutama koropsi. Permasalahan ini dianggap bahwa pendidikan telah gagal menciptakan manusia berkarakter. Inilah yang menjadi PR buat kita semua.
 
B.     Saran
1.      Buktikan kepada masyarakat bahwa revolusi mental bukan hanya sekedar jargon saat kampanye, tetapi merupakan sebuah tindakan nyata pemerintahan.
2.      Berilah pendidikan politik yang mendidik masyarakat bukan kekuasaan partai politik.
3.      Pendidikan bukan hanya tanggung jawab sekolah tapi merupakan tanggung jawab bersama. Kalaupun ada ketimpangan jangan salahkan semua kegagalan sekolah, karena hal ini bukan hanya disebabkan factor sekolah.