Pages

Jumat, 04 November 2016

[Televisi Digital] : 2.2 Digital Cinema



2.2.a. Bagaimana Produksi Film Digital ?

Produksi film itu adalah proses pembuatan suatu film, mulai dari cerita, ide, atau komisi awal, melalui penulisan naskah, perekaman, penyuntingan, pengarahan dan pemutaran produk akhir di hadapan penonton yang akan menghasilkan sebuah program televisi. Tinjauan produksi film itu dapat dibagi menjadi 3 yaitu ; pra-produksi, produksi dan post-produksi. Dimana arti dari pra-produksi itu adalah merupakan tahap awal yang disiapkan sebelum produksi film berlangsung, dimana saat pra-produksi kita harus melalukan banyak tahapan demi tahapan, mulai dari tahapan, penulisan naskah, pemerannya, lokasinya dan properti benda yang akan dipake nantinya, dimana pemerannya harus lulus seleksi casting agar benar-benar sesuai dengan kriteria dan apa yang diinginkan, lalu setelah sudah melakukan casting pemain, ada juga tahan selanjutnya yaitu tahapan lokasi, dimana lokasi dicari sesuai dengan latar judul naskah masing-masing dan lain sebagainya, nah selanjutnya tahap yang viral yaitu properti atau barang yang dipake untuk menghiasi si pemain agar terlihat lebih indah nantinya jika ditayangan. Lalu ada juga make-up, kostum dan membuat aransemen musiknya dan lain sebagainya agar pra-produksi berjalan lebih baik dan sesuai yang diinginkan nantinya.

Lalu selanjutnya setelah pra-produksi ada produksi dimana produksi ini langkah selanjutnya setelah persiapan produksi dimana langkah selanjutnya ini untuk melaksanakan pengambilan gambar atau video atau lebih dikenal dengan sebutan syuting. Proses syuting ini dilakukan sesuai jadwal yang ditentukan saat pra-produksi dilakukan, dimana persiapan harus benar-benar matang pada proses produksi ini mulai dari teamwork peralatan teamwork (kamera, lampu, blower dan masih banyak lagi) agar mendapatkan hasil yang maksimal dan yang diingini. Selanjutnya setelah seluruh produksi rampung dan selesai semua 100%, langkah selanjutnya itu adalah post-produksi, apasih itu post-produksi ? post-produksi Adalah proses penyelesain akhir (finishing) dari sebuah rangkaian produksi (shoting) yang meliputi mengeditan gambar, penambahan title, grafik, animasi dan special effects, musik, sound effects, audio dubing, dan output ke media video seperti: Betacam, DVCAM, MiniDV dan CD/DVD. Setelah semua selesai film yang telah di produksi siap untuk di tonton kepada seluh masyarakat. Dimana semua ini tidak lepas dengan peran - peran yang ada dibelakang kamera seperti cameramen, produser, sutradara dan lain sebagainya yang masi banyak lagi, dimana setiap jabatan yang terkait memiliki tugas masing – masing mulai dari property, keuangan, lokasi, konsumsi, creative dan masih banyak lagi, mereka harus benar – benar memegang teguh jabatan mereka masing – masing agar pelaksanaan produksi berjalan dengan apa yang diinginkan dan semua puas dengan hasil yang dikerjakannya. Dimana dalam produksi film digital ini memiliki arti yang cukup luas yang memiliki arti pembuatan film yang nantinya akan disebar luaskan ke khalayak masyarakat . 

2.2.b. Bagaimana Keunggulan dan Keindahan Film Digital ?

Sinema digital hanya berbeda dengan sinema konvensional dalam hal visualisasi dan suara. Visualisasi sinema digital sudah sangat jernih seperti anda melihat gambar bergerak di televisi, sementara sinema konvensional yang menggunakan media pita seluloid, memiliki struktur visualisasi berupa titik-titik. Untuk kualitas suara, sinema digital menggunakan sistem suara surround (biasanya Dolby Surround) dan kualitas suara sudah ditingkatkan. Sementara sinema konvensional, sudah menggunakan sistem suara surround, tetapi kualitas suara yang dihasilkan jauh berbeda dengan sinema digital.

2.2.c. Bagaimana Distribusi dan Pertunjukan Film Digital ?

Film indie umumnya menawarkan tema-tema yang beragam yang tidak ditemui di film-film pada umumnya yang cenderung latah dan mengekor film-film yang telah sukses. Tema-tema sederhana, yang justru dengan kesederhanaannya dapat menembus ketaksederhanaan, yang luput dari perhatian masyarakat.
Karena sifatnya sebagai alternatif, bukan komersil, membuat film indie penuh dengan eksplorasi subyektif dari si pembuat. Filmmaker memiliki kebebasan berekspresi menuangkan segala kreativitas imajinasinya dalam karya film, sehingga menghasilkan film-film yang tidak biasa (tidak konvensional). Kemurnian dan kejujuran inilah yang membuat film indie dikonotasikan sebagai film ‘egois’ yang hanya dinikmati kalangan tertentu saja.
Kemandirian dalam pengadaan dana / tanpa sponsor secara tidak langsung juga mengakibatkan kemandirian pendistribusian dan penggunaan pemeran film. Pendistribusian dilakukan secara ‘gerilya’dan pemain film yang mendukung bukanlah selebriti terkenal, melainkan orang-orang biasa yang memiliki bakat akting.

0 komentar:

Posting Komentar